Waria selalu mendapat tempat kedua di masyarakat. Keberadaan mereka kerap tidak diterima, bahkan sering dilecehkan. Keadaan tersebut menyebabkan mereka tidak memiliki kesempatan yang sama seperti warga negara Indonesia umumnya.
HERU SETIYAKA, Jogja SERING KALI komunitas waria dibatasi dalam mengakses layanan publik. Seperti kesempatan memperoleh pekerjaan, akses layanan kesehatan, hukum, dan lain-lain.
Diskriminasi terhadap komunitas waria tersebut secara tidak langsung menimbulkan banyak permasalahan yang membuat stigma dan pencitraan negatif. Tidak berkurang, dari waktu ke waktu semakin besar dan membuat mereka tidak memiliki ruang cukup untuk menunjukkan potensi dan eksistensi di ruang publik.
Mahasiswi dari Fakultas Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Yuni Puspita Sari mengungkapkan, minimnya kesempatan memperoleh pekerjaan di sektor formal menyebabkan sebagian besar komunitas waria di Jogja tidak bisa menunjukkan potensi dan keahlian mereka.
’’Padahal, waria di DIJ juga ingin dihargai dan diakui hak dan kewajiban yang sama seperti warga negara Indonesia umumnya. Mereka ingin berpartisipasi sebagai bagian dari masyarakat Jogjakarta pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya,’’ kata Yuni, belum lama ini.
Karena itu, Yuni bersama Putri Rahadian Diah K, Oktri Baskoro Swicatur, Amri Handayani dari Prodi Pendidikan IPA dan Rahmat Basuki dari Prodi Pendidikan Kimia memberikan pelatihan ketrampilan membatik bagi komunitas waria.
’’Kami menggandeng para waria yang tergabung dalam Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO). Program sendiri berlangsung dari pertengahan Maret hingga April mendatang di kediaman Ketua IWAYO Shinta Ratri di Kotagede Jogjakarta,’’ imbuh Yuni.
Kegiatan yang dilakukan adalah membuat batik tulis dan batik cap dua hari dalam seminggu. Yakni pada hari Rabu dan Sabtu.
Putri Rahadian Diah K menegaskan, waria juga memiliki latar belakang budaya, karakter, tingkat pendidikan, profesi, dan tingkat ekonomi yang beragam. Fakta ini sering terlupakan oleh masyarakat.
Sebagian besar masyarakat berpendapat, waria sebagai sosok berbeda serta memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan hal itu mendorong waria tersisih. Komunitas waria menang menjadi komunitas yang terpinggirkan dan masih mendapatkan stigma dan pencitraan negatif.
’’Waria juga manusia yang mempunyai hak untuk mencari nafkah dengan aman dan ingin menunjukan eksistensinya sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti halnya warga negara Indonesia pada umumnya,’’ ujar Putri.
Sementara itu, Rahmat Basuki mengungkapkan, ada 16 orang waria yang ikut pelatihan. Mereka dikenalkan mengenai batik dan proses membatik. Mulai dari perkenalan alat dan bahan serta istilah-istilah dalam proses membatik yang disertai praktik membatik.
Setelah seluruh peserta memahami, mereka juga diajak mempraktikan secara langsung bagaimana membatik. Ini diawali dengan tahapan pembuatan desain motif sesuai kreativitas, dilanjutkan membuat pola cap atau penggambaran motif pada kain (nyoreti).
Kemudian proses pembatikan pada batik cap dengan menggunakan cap batik seperti menggunakan stempel. Sedangkan proses membatik pada batik tulis dengan menggunakan canting batik (klowongan, cecekan, tembokan) baru dilanjutkan proses pewarnaan yang menggunakan tiga jenis bahan. Yakni naptol, remasol dan indigosol, yang disesuaikan kebutuhannya.
’’Tidak ketinggalan proses penjemuran juga didemokan. Ini disesuaikan jenis pewarna yang digunakan. Jika menggunakan remazol dan indigosol maka penjemuran harus saat matahari cerah. Karena saat cuaca mendung maka warna tidak akan muncul,’’ kata Rahmat. Sedangkan pewarnaan naptol, saat penjemuran dilakukan berada di tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari.
Oktri Baskoro Swicatur menambahkan, untuk batik yang akan dibuat lebih dari dua warna. Maka dilakukan pembatikan kedua. Yakni menutup warna dengan malam pada pola yang diinginkan.Pewarnaan dan penjemuran prosesnya sama. Namun pada proses perebusan atau nglorod kain batik direbus dengan air panas yang telah ditambah TRO untuk membersihkan lilin malam selanjutnya dijemur.
Salah satu waria, Nur Kadisa mengatakan pelatihan tersebut sangat bermanfaat sekali. Ini juga merupakan kegiatan pertama kali yang dilakukan oleh IWAYO. ’’Pelatihan yang sering diberikan adalah memasak, potong rambut, dan sebagainya. Sebenarnya itu sudah cukup biasa, mengingat 75 persen waria pasti bisa melakukannya,’’ ungkap Nur Kadisa.
Tetapi itu tidak bagi pelatihan membatik. Dari pelatihan itu, dia berharap waria juga bisa mengembangkan kreativitas mereka dan ikut terjun di bisnis batik yang mempunyai masa depan cerah tersebut.
Dari hasil yang sudah diberikan, ternyata hampir semua peserta cukup pintar. Mereka sudah kelihatan mampu menguasai cara membatik termasuk prosesnya. Bahkan mereka berencana menggelutinya secara serius.
’’Batik hasil karya para waria ini akan diberi nama Wiryo Utomo. Mereka sepakat menciptakan usaha baru bagi komunitas waria Jogjakarta sebagai peluang berwira usaha dengan usaha membatik tersebut,’’ kata Amri Handayani.
Sedangkan Humas FMIPA UNY Dedy Herdito MM menambahkan, dana untuk pelatihan membatik bagi waria tersebut didapat dari Dikti untuk kategori PKMM. ’’Merupakan program kreativitas mahasiswa pengabdian masyarakat dan patut disuport mengingat sangat bagus dan mendorong ketrampilan masyarakat di sebuah kecakapan dan membuka lapangan pekerjaan baru,’’ tandas Dedy. ***
http://www.radarjogja.co.id
Mahasiswi dari Fakultas Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Yuni Puspita Sari mengungkapkan, minimnya kesempatan memperoleh pekerjaan di sektor formal menyebabkan sebagian besar komunitas waria di Jogja tidak bisa menunjukkan potensi dan keahlian mereka.
’’Padahal, waria di DIJ juga ingin dihargai dan diakui hak dan kewajiban yang sama seperti warga negara Indonesia umumnya. Mereka ingin berpartisipasi sebagai bagian dari masyarakat Jogjakarta pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya,’’ kata Yuni, belum lama ini.
Karena itu, Yuni bersama Putri Rahadian Diah K, Oktri Baskoro Swicatur, Amri Handayani dari Prodi Pendidikan IPA dan Rahmat Basuki dari Prodi Pendidikan Kimia memberikan pelatihan ketrampilan membatik bagi komunitas waria.
’’Kami menggandeng para waria yang tergabung dalam Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO). Program sendiri berlangsung dari pertengahan Maret hingga April mendatang di kediaman Ketua IWAYO Shinta Ratri di Kotagede Jogjakarta,’’ imbuh Yuni.
Kegiatan yang dilakukan adalah membuat batik tulis dan batik cap dua hari dalam seminggu. Yakni pada hari Rabu dan Sabtu.
Putri Rahadian Diah K menegaskan, waria juga memiliki latar belakang budaya, karakter, tingkat pendidikan, profesi, dan tingkat ekonomi yang beragam. Fakta ini sering terlupakan oleh masyarakat.
Sebagian besar masyarakat berpendapat, waria sebagai sosok berbeda serta memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan hal itu mendorong waria tersisih. Komunitas waria menang menjadi komunitas yang terpinggirkan dan masih mendapatkan stigma dan pencitraan negatif.
’’Waria juga manusia yang mempunyai hak untuk mencari nafkah dengan aman dan ingin menunjukan eksistensinya sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti halnya warga negara Indonesia pada umumnya,’’ ujar Putri.
Sementara itu, Rahmat Basuki mengungkapkan, ada 16 orang waria yang ikut pelatihan. Mereka dikenalkan mengenai batik dan proses membatik. Mulai dari perkenalan alat dan bahan serta istilah-istilah dalam proses membatik yang disertai praktik membatik.
Setelah seluruh peserta memahami, mereka juga diajak mempraktikan secara langsung bagaimana membatik. Ini diawali dengan tahapan pembuatan desain motif sesuai kreativitas, dilanjutkan membuat pola cap atau penggambaran motif pada kain (nyoreti).
Kemudian proses pembatikan pada batik cap dengan menggunakan cap batik seperti menggunakan stempel. Sedangkan proses membatik pada batik tulis dengan menggunakan canting batik (klowongan, cecekan, tembokan) baru dilanjutkan proses pewarnaan yang menggunakan tiga jenis bahan. Yakni naptol, remasol dan indigosol, yang disesuaikan kebutuhannya.
’’Tidak ketinggalan proses penjemuran juga didemokan. Ini disesuaikan jenis pewarna yang digunakan. Jika menggunakan remazol dan indigosol maka penjemuran harus saat matahari cerah. Karena saat cuaca mendung maka warna tidak akan muncul,’’ kata Rahmat. Sedangkan pewarnaan naptol, saat penjemuran dilakukan berada di tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari.
Oktri Baskoro Swicatur menambahkan, untuk batik yang akan dibuat lebih dari dua warna. Maka dilakukan pembatikan kedua. Yakni menutup warna dengan malam pada pola yang diinginkan.Pewarnaan dan penjemuran prosesnya sama. Namun pada proses perebusan atau nglorod kain batik direbus dengan air panas yang telah ditambah TRO untuk membersihkan lilin malam selanjutnya dijemur.
Salah satu waria, Nur Kadisa mengatakan pelatihan tersebut sangat bermanfaat sekali. Ini juga merupakan kegiatan pertama kali yang dilakukan oleh IWAYO. ’’Pelatihan yang sering diberikan adalah memasak, potong rambut, dan sebagainya. Sebenarnya itu sudah cukup biasa, mengingat 75 persen waria pasti bisa melakukannya,’’ ungkap Nur Kadisa.
Tetapi itu tidak bagi pelatihan membatik. Dari pelatihan itu, dia berharap waria juga bisa mengembangkan kreativitas mereka dan ikut terjun di bisnis batik yang mempunyai masa depan cerah tersebut.
Dari hasil yang sudah diberikan, ternyata hampir semua peserta cukup pintar. Mereka sudah kelihatan mampu menguasai cara membatik termasuk prosesnya. Bahkan mereka berencana menggelutinya secara serius.
’’Batik hasil karya para waria ini akan diberi nama Wiryo Utomo. Mereka sepakat menciptakan usaha baru bagi komunitas waria Jogjakarta sebagai peluang berwira usaha dengan usaha membatik tersebut,’’ kata Amri Handayani.
Sedangkan Humas FMIPA UNY Dedy Herdito MM menambahkan, dana untuk pelatihan membatik bagi waria tersebut didapat dari Dikti untuk kategori PKMM. ’’Merupakan program kreativitas mahasiswa pengabdian masyarakat dan patut disuport mengingat sangat bagus dan mendorong ketrampilan masyarakat di sebuah kecakapan dan membuka lapangan pekerjaan baru,’’ tandas Dedy. ***
http://www.radarjogja.co.id
0 komentar:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar