Pattaya - Di Thailand, waria adalah aset. Mereka diberi ruang untuk ikut memajukan pariwisata. Di Pattaya misalnya, para waria 'dijual' dengan mementaskan kabaret cerita klasik hingga film 'James Bond'.
Detikcom dan rombongan Familiarization Trip Corporate and Media Partner Garuda Indonesia Holidays, terlambat 5 menit di lokasi, Alcazar Show, Pattaya, Selasa (26/7/2011) malam. Bus tersendat karena jalanan agak macet. Turun dari bus, rombongan langsung bergegas ke ruang show.
Di dalam ruangan yang berkapasitas kurang lebih 500 orang ini, ratusan penonton tengah duduk manis menghadap panggung seluas kurang lebih 30 x 20 meter yang terang benderang oleh lampu sorot. Beberapa waria asik dengan kostum laiknya penari tradisional berlenggak-lenggok mengikuti irama musik. Satu dua menit kemudian, lampu panggung padam. Waria yang sebelumnya berlenggak-lenggok lenyap ditelan gelap.
Pelan-pelan, musik tradisional Cina mengalun. Beberapa waria lainnya muncul dengan pakaian ala negeri tirai bambu, mengenakan terusan sutra berwarna-warni, dan mahkota sederhana berwarna kuning keemasan. Dari penokohan terlihat mereka tengah mementaskan salah satu legenda Tiongkok.
Cling! Lampu kembali padam. Kali ini terdengar musik dance. Satu waria dengan pakaian minim berwarna biru silver, muncul bersamaan dengan sorotan lampu. Gerak tubuhnya mantap. Sepatu boot warna putih tak mengurangi kelincahan wanita pria ini. Sejurus kemudian, beberapa penari latar lelaki muncul dan ikut menari.
Aksi itu ditutup dengan dentuman musik. Waria dan penari latarnya 'hilang' bersamaan dengan padamnya sorot lampu. Jreng! Lampu kembali nyala, menyorot pelan beberapa patung perempuan bertelanjang dada. Tubuh tiap patung ini dibaluri cat warna dengan warna berbeda. Ada yang silver, biru, hijau, dan lain-lain. Intro soundtrack fIlm James Bond, "The World is Not Enough" pun mengalun pelan. Patung-patung itu bergerak. Ternyata mereka orang, tepatnya waria!
Puluhan cerita diangkat dalam show berdurasi lebih dari satu jam ini. Mulai dari cerita lokal, India, dan Timur Tengah. Tentu, karena keterbatasan durasi, hanya bagian simbolik yang ditonjolkan. Itu pun tidak lama, sekitar 2-3 menit.
Namanya saja kabaret, pasti ada 'adegan' lucunya. Di sela cerita, seorang waria gembrot dengan dada dan pantat besar, tampil ke panggung. Dia kemudian, mengeksplorasi salah satu area sensitifnya. Sambil mengikuti irama musik, dadanya dimajukan dan pantatnya disodor-sodorkan ke penonton, sehingga menimbulkan kesan porno. Penonton pria bukannya menelan ludah, melainkan justru tertawa melihat aksi itu.
Kabaret ditutup dengan tampilnya seluruh pemain kabaret. Ada sekitar 50-an waria yang terlibat. Kemudian layar menutup dan lampu padam. Kali ini ganti lampu di tribun penonton yang dinyalakan. Tampak, sekitar 60 persennya turis. Dari tampilan fisiknya terlihat wajah-wajah Asia Timur, Timur Tengah, dan Eropa.
Alcazar Show digelar 3-4 kali setiap hari. Tiketnya 600 Baht atau sekitar Rp 180 ribu per orang, harus dipesan sehari sebelumnya agar aman. Kalau pesan menjelang acara atau membeli di lokasi, kecil kemungkinan mendapatkannya.
"Bagaimana, bagus tidak? Kalau ke Pattaya tidak nonton kabaret bencong, tidak lengkap," kata guide kami di bus sebelum meninggalkan lokasi acara. Ia memang cerdik 'memprovokasi' kami sehingga show-show ala Thailand atau destinasi seolah-olah 'wajib' dinikmati. Salah satunya, kabaret waria tersebut. { detik news }
Detikcom dan rombongan Familiarization Trip Corporate and Media Partner Garuda Indonesia Holidays, terlambat 5 menit di lokasi, Alcazar Show, Pattaya, Selasa (26/7/2011) malam. Bus tersendat karena jalanan agak macet. Turun dari bus, rombongan langsung bergegas ke ruang show.
Di dalam ruangan yang berkapasitas kurang lebih 500 orang ini, ratusan penonton tengah duduk manis menghadap panggung seluas kurang lebih 30 x 20 meter yang terang benderang oleh lampu sorot. Beberapa waria asik dengan kostum laiknya penari tradisional berlenggak-lenggok mengikuti irama musik. Satu dua menit kemudian, lampu panggung padam. Waria yang sebelumnya berlenggak-lenggok lenyap ditelan gelap.
Pelan-pelan, musik tradisional Cina mengalun. Beberapa waria lainnya muncul dengan pakaian ala negeri tirai bambu, mengenakan terusan sutra berwarna-warni, dan mahkota sederhana berwarna kuning keemasan. Dari penokohan terlihat mereka tengah mementaskan salah satu legenda Tiongkok.
Cling! Lampu kembali padam. Kali ini terdengar musik dance. Satu waria dengan pakaian minim berwarna biru silver, muncul bersamaan dengan sorotan lampu. Gerak tubuhnya mantap. Sepatu boot warna putih tak mengurangi kelincahan wanita pria ini. Sejurus kemudian, beberapa penari latar lelaki muncul dan ikut menari.
Aksi itu ditutup dengan dentuman musik. Waria dan penari latarnya 'hilang' bersamaan dengan padamnya sorot lampu. Jreng! Lampu kembali nyala, menyorot pelan beberapa patung perempuan bertelanjang dada. Tubuh tiap patung ini dibaluri cat warna dengan warna berbeda. Ada yang silver, biru, hijau, dan lain-lain. Intro soundtrack fIlm James Bond, "The World is Not Enough" pun mengalun pelan. Patung-patung itu bergerak. Ternyata mereka orang, tepatnya waria!
Puluhan cerita diangkat dalam show berdurasi lebih dari satu jam ini. Mulai dari cerita lokal, India, dan Timur Tengah. Tentu, karena keterbatasan durasi, hanya bagian simbolik yang ditonjolkan. Itu pun tidak lama, sekitar 2-3 menit.
Namanya saja kabaret, pasti ada 'adegan' lucunya. Di sela cerita, seorang waria gembrot dengan dada dan pantat besar, tampil ke panggung. Dia kemudian, mengeksplorasi salah satu area sensitifnya. Sambil mengikuti irama musik, dadanya dimajukan dan pantatnya disodor-sodorkan ke penonton, sehingga menimbulkan kesan porno. Penonton pria bukannya menelan ludah, melainkan justru tertawa melihat aksi itu.
Kabaret ditutup dengan tampilnya seluruh pemain kabaret. Ada sekitar 50-an waria yang terlibat. Kemudian layar menutup dan lampu padam. Kali ini ganti lampu di tribun penonton yang dinyalakan. Tampak, sekitar 60 persennya turis. Dari tampilan fisiknya terlihat wajah-wajah Asia Timur, Timur Tengah, dan Eropa.
Alcazar Show digelar 3-4 kali setiap hari. Tiketnya 600 Baht atau sekitar Rp 180 ribu per orang, harus dipesan sehari sebelumnya agar aman. Kalau pesan menjelang acara atau membeli di lokasi, kecil kemungkinan mendapatkannya.
"Bagaimana, bagus tidak? Kalau ke Pattaya tidak nonton kabaret bencong, tidak lengkap," kata guide kami di bus sebelum meninggalkan lokasi acara. Ia memang cerdik 'memprovokasi' kami sehingga show-show ala Thailand atau destinasi seolah-olah 'wajib' dinikmati. Salah satunya, kabaret waria tersebut. { detik news }
0 komentar:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar