468x60_id

Waria Juga Manusia.


(Analisis tentang Merlyn Sofjan sebagai Putri Waria 2006)


Prestasi yang ditorehkan oleh Merlyn Sofjan sebagai Putri Waria 2006 patut diacungi jempol. Waria asal Malang Jawa Timur ini seolah- oleh mampu mendobrak stereotype lama soal waria, yang dipandang sebagai kaum yang menyalahi kodrat serta dekat dengan hura- hura dan prostitusi belaka. Memang, sampai saat ini pun, keberadaan waria di Indonesia, terutama di Jawa Timur, belum sepenuhnya mendapat pengakuan dari masyarakat. Padahal, jumlah waria di kota besar Jawa Timur seperti Malang dan Surabaya semakin meningkat. Tidak sedikit dari waria- waria yang semakin menunjukkan eksistensi dirinya, agar diakui sebagai kaum yang benar- benar ada. Saat ini, waria- waria itu tidak bias dipandang sebelah mata. Kebanyakan dari mereka punya kemampuan yang patut dibanggakan. Bahkan, tidak jarang waria- waria zaman sekarang yang berpikiran lebih maju daripada kaum heteroseksual. 

Jika dipandang dari segi gender, sampai saat ini belum ada gender yang benar- benar menjelaskan cirri- cirri waria. Kalau gender wanita dan pria sudah jelas. Manusia berjenis kelamin Wanita, merupakan makhluk yang mempunyai sel telur, bisa hamil, bisa melahirkan, bisa menyusui. Gender wanita ditentukan oleh sikapnya yang cenderung lemah lembut, keibuan dan kalem. Sedangkan Manusia berjenis kelamin pria merupakan makhluk yang memiliki penis serta dapat memproduksi sperma. Gender pria ditentukan oleh sikapnya yang cenderung maskulin, perkasa dan gentle. Gender pria dan wanita tidak mutlak terjadi. Keduanya dapat dipertukarkan. Artinya, ada juga wanita yang sikapnya cenderung maskulin dan tegas layaknya seorang laki- laki. Sebaliknya, ada juga pria yang sikapnya cenderung keibuan dan lemah lembut. Namun, jenis kelamin mutlak dimiliki oleh mereka masing- masing serta tidak dapat dipertukarkan. Jenis Kelamin merupakan ciptaan Tuhan benar- benar nyata.

Membedakan jenis kelamin dan gender yang dimiliki oleh waria merupakan hal yang unik. Bagaimana tidak, dari segi jenis kelamin, waria memang berjenis kelamin pria, namun mereka memilki kecenderungan wanita, baik dalam hal sikap maupun cara berpenampilan. Itulah yang membuat keberadaan waria seakan- akan ‘dilupakan’. Bahkan, mereka cenderung ‘dimarginalkan’ oleh kaum masyarakat pada umumnya. Keberadaan waria sering menjadi bahan olok- olokan dan gunjingan para tetangga, kerabat dekat, bahkan keluarga waria itu sendiri. Bagi mereka, waria tidak ubahnya sebagai pelanggaran terhadap norma agama, social, susila serta seabreg norma- norma lainnya. Memang, dipandang dari segi agama apapun, keberadaan waria adalah salah. Mereka yang memutuskan untuk menjadi waria telah menyalahi kodrat dan tidak mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan. Oke, itu semua benar. Namun, terlepas dari benar atau salah- nya seorang waria, mereka itu benar- benar ada dan nyata. Mereka hidup di sekitar kita. Dan, tidak semua waria yang menyukai dunia hura- hura serta prostitusi belaka. Sebenarnya, jika mau jujur, banyak sikap- sikap waria yang punya makna yang dalam serta patut dijadikan contoh.

Pertama, dari segi psikologis dalam menghadapi masalah, waria cenderung lebih tabah daripada kaum hetero. Sebesar apapun rintangan yang mereka hadapi, termasuk cemoohan, ejekan, umpatan dari orang- orang terdekat, akan mereka hadapi dengan gentleman (bedasarkan kodrat mereka sebagai pria). Sangat jarang sekali kita jumpai ada waria yang yang bunuh diri. Yang sering bunuh diri malah kaum hetero itu sendiri. Surprised! Hal tersebut menjadi bukti yang nyata bahwa waria merupakan kaum yang lebih tabah menjalani permasalahan dalam hidup, melebihi kaum hetero. Kedua, para waria kebanyakan punya keteguhan hati yang kuat. Keteguhan itu dapat dilihat dari sikapnya dalam mempertahankan prinsipnya untuk menjadi waria, walaupun prinsipnya itu mendapat banyak tentangan dari berbagai pihak. Namun semangat mereka patut dicontoh. Keteguhan hati mereka tidak mudah digoyahkan oleh siapapun dan oleh hal apapun. Jika mereka itu tidak tabah dan tidak teguh, maka tidak akan muncul waria- waria berbakat seperti Dorce Gamalama (waria asal Surabaya, Jawa Timur yang kini sukses menjadi artis), Avi Naif (Model Video Klip Band ‘Naif’), Megie Megawati (Queen of Waria) serta Merlyn Sofjan, waria asala Malang Jawa Timur yang baru- baru ini dinobatkan sebagai Putri Waria 2006. Ketiga, kaum waria merupakan kaum yangb lebih terbuka dibandingkan kaum hetero. Mereka tidak segan- segan untuk mengakui keberadaan dirinya sebagai seorang waria, walaupun keputusan untuk menjadi waria dianggap sebagai ‘kekurangan’ oleh sebagian masyarakat, termasuk waria itu sendiri. Namun, kerennya, waria tidak takut untuk mengakui kekurangannya itu! Sungguh luar biasa, dimana kebanyakan manusia, terutama kaum hetero, yang bersembunyi dibalik kemunafikkannya itu.

Dalam talkshow di salah satu Televisi Swata Indonesia yang menayangkan kehidupan waria, termasuk mewawancarai Megie Megawati serta Merlyn Sofjan, sangat tampak sekali aura smart yang dimiliki olah mereka berdua. Buktinya, Megie Megawati mampu memperjuangkan hak- hak dan eksistensi waria lewat Penyelenggaraan Pemilihan Putri Waria di Indonesia. Yang pasti, usaha Megie untuk mengadakan pemilihan tersebut tidaklah gampang. Ia harus menghadapi pro dan kontra dari berbagai pihak. Namun, ketabahan dan keteguhan hatinya itulah yang menjadi prinsipnya, sehingga Pemilihan Putri Waria- pun bisa digelar di Indonesia. Sampai akhirnya, mucullah sosok waria berbakat seperti seorang Merlyn Sofjan. 

Seperti halnya kontes kecantikan lain, untuk menjadi the winner diperlukan 3B (Beauty, Brain, Behaviour) yang menjadi tolak ukur utama seorang pemenang dikatakan sempurna (walaupun tidak ada manusia yang sempurna didunia). Namun di ajang kontes waria ini, penyelenggara sengaja menambahkan satu syarat selain 3B, yaitu brave. Karena, sperti yang kita tahu, bahwa sangatlah tidak mudah untuk mengaku menjadi waria. Rupanya, dewan juri tidak salah memilih Merlyn Sofjan sebagai pemenang. Ia sangat cantik dan sangat mewakili syarat 3B +1 (beauty, brain, behaviour dan brave). Beauty, karena secara fisik, Merlyn memiliki bibir dan tulang dagu yang indah; Brain, karena Merlyn bukan seorang waria biasa. Kecerdasannya dapat dilihat dari penerbitan buku berjudul ‘Jangan lihat Kelaminku’ karya Merlyn sendiri; Behaviour dapat dilihat dari sikap Merlyn yang low profile dan tidak sombong. Ia juga sangat peduli dengan lingkungan. Terbukti, selain menjadi penulis, Merlyn juga menjadi manager di sebuah Rumah Sakit di Malang untuk melayani konsultasi penderita AIDS; Brave, karena Merlyn tidak segan- segan untuk menyuarakan isi hatinya. Apa yang menurut Merlyn benar, akan diperjuangkan dengan sungguh- sungguh. Termasuk, memperjuangkan keputusannya untuk tidak melakukan operasi kelamin. Selain itu, kecerdasan Merlyn membuat rekan- rekannya di Malang mencalonkan ia sebagai Walikota Malang! Sungguh luar biasa!

Sekali lagi, terlepas dari benar atau salahnya waria, mereka itu benar- benar ada, ditengah- tengah kita. Walaupun keberadaan mereka itu belum benar- benar diterima, namun ada banyak hal yang dapat kita contoh dari kaum waria. Mereka memang beda dan unik serta istimewa. Walaupun keunikan mereka itu sering dianggap sebagai salah satu hal yang menyalahi kodrat. Namun, sekali lagi. Waria itu juga ciptaan Tuhan. Mereka punya rasa dan punya hati. Mereka juga punya keinginan untuk lebih dihargai oleh sesama manusia, bukan Cuma oloka- olokan dan cemoohan yang malah lebih banyak mereka terima. Oke, waria tetap waria. Meraka juga manusia. Tidak ada manusia yang sempurna didunia. Apalagi waria. Namanya juga manusia… Waria- pun juga manusia. So, marilah kita hargai mereka seperti layaknya kita menghargai kaum hetero.

0 komentar:

Posting Komentar